Menyimak Berita di Televisi
Oleh Syukur Budiardjo
Setelah salat subuh di hari libur yang teduh
kusimak berita pagi di televisi.
Rata-rata isinya hanya keluh dan gaduh
berujung derita sesama di negeri ini.
Ada berita gaib, naif, dan aib.
Ada berita kasar, samar, dan vulgar.
Juga ada berita gembira dan suka cita.
Tapi ada juga berita sedih, pedih, dan perih.
Berita korupsi senantiasa mengemuka
dengan pelaku muka baru dan lama
layaknya seperti lomba lari estafet saja
tertangkap satu tumbuh tak terhingga.
Padahal koruptor bengal meminta tumbal.
Jalan berlubang membuat nyawa meregang.
Obat mahal hingga yang duafa tersengal-sengal.
Harga sembako menjulang si miskin jadi berhutang.
Ketika kulihat pelakunya tersenyum jumawa,
sambil mengacungkan jempolnya
atau dengan bangga melambaikan tangannya
perutku terasa mual seketika itu juga.
Segera kumatikan televisi
karena aku sudah tak sudi lagi
melihat koruptor semakin tak tahu diri
menginjak-injak harkat dan martabat bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar